Yogyakarta, matacandra.online – Seorang mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Amikom Yogyakarta, Rheza Sendy Pratama, meninggal dunia pada Minggu (31/8/2025) dengan sejumlah luka di tubuh hingga kepala.
Jenazah almarhum sempat dibawa ke RSUP Dr. Sardjito sebelum disemayamkan di rumah duka di Mlati, Sleman, lalu dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Sasanalaya Jatisari pada Minggu sore.
Informasi meninggalnya Rheza menyebar melalui unggahan fitur Story akun Instagram BEM Amikom serta Forum BEM se-DIY. Forum BEM turut menyinggung bahwa Rheza sebelumnya mengikuti aksi unjuk rasa di sekitar Mapolda DIY.
Kronologi dan Penemuan Luka
Ayah almarhum, Yoyon Surono, mendapatkan kabar dari tetangga bahwa putranya dilarikan ke RSUP Dr. Sardjito pada Minggu pagi. Informasi awal menyebutkan bahwa Rheza terkena gas air mata. Namun, saat Yoyon tiba di rumah sakit, Rheza sudah dinyatakan meninggal sekitar pukul 07.00 WIB.
Dalam proses pemulasaraan, Yoyon menemukan beberapa luka pada tubuh anaknya, antara lain dugaan patah di leher kiri, bekas pijakan sepatu di perut, luka lecet di tangan dan kaki, punggung yang memar, kepala bocor, serta sayatan di beberapa bagian tubuh. Meski demikian, keluarga memutuskan tidak dilakukan autopsi.
Dompet pribadi Rheza disebut belum ditemukan hingga kini. Informasi yang beredar, peristiwa menimpa almarhum terjadi di depan Mapolda DIY.
Dugaan Keterlibatan dalam Aksi
Ketua BEM Amikom, Alvito Afriansyah, menyebut pihaknya memperoleh keterangan bahwa Rheza hadir di sekitar Mapolda DIY sejak Sabtu malam hingga Minggu pagi. Sebuah video yang beredar di media sosial memperlihatkan sosok diduga Rheza mengendarai motor saat terjadi kericuhan. Rekan sekelasnya turut membenarkan bahwa motor tersebut milik almarhum.
Dalam video tersebut, terlihat satu orang pembonceng yang hingga kini belum diketahui identitasnya. Pihak kampus masih melakukan penelusuran untuk mengumpulkan fakta lebih lanjut. Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan Amikom, Ahmad Fauzi, menegaskan pihak universitas akan mencari kejelasan atas peristiwa ini dan meminta transparansi dari pihak kepolisian.
Situasi Kericuhan di Mapolda DIY
Polda DIY sebelumnya melaporkan adanya penyerangan ke Markas Polda sejak Sabtu malam (30/8) hingga Minggu pagi (31/8). Sekitar 50 orang datang melakukan pelemparan batu, petasan, dan molotov ke arah petugas sambil berusaha merusak pagar kawat duri.
Kericuhan semakin meluas ketika warga dari sisi timur Mapolda yang merasa terganggu turut terlibat saling lempar batu. Bentrokan baru mereda sekitar pukul 06.00 WIB setelah dilakukan pengamanan gabungan TNI dan Polri.
Polda DIY mengamankan sejumlah orang, termasuk pelajar SMP hingga SMA/SMK, dengan sebagian terindikasi positif narkoba. Barang bukti yang disita berupa satu senjata tajam dan dua molotov. Dari kericuhan tersebut, enam orang dilaporkan terluka, salah satunya anggota Polri yang kini dirawat di RS Bhayangkara.
Kabid Humas Polda DIY, Kombes Pol Ihsan, menyayangkan keterlibatan anak-anak dalam aksi anarkis tersebut dan meminta pihak sekolah maupun orang tua lebih waspada agar generasi muda tidak mudah terprovokasi.(RED.AL)
0 Komentar