JAKARTA, matacandra.online  – Menteri Sekretariat Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi menyampaikan permintaan maaf kepada masyarakat terkait sejumlah kasus keracunan massal yang kembali terjadi dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG).

“Atas nama pemerintah dan mewakili Badan Gizi Nasional (BGN), kami memohon maaf atas terjadinya kembali kasus keracunan di beberapa daerah,” ujar Prasetyo di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (19/9/2025).

Prasetyo menegaskan bahwa pemerintah sama sekali tidak menginginkan adanya insiden semacam ini. Ia menambahkan, peristiwa tersebut akan menjadi bahan evaluasi serius bagi BGN bersama pemerintah daerah serta pihak terkait lainnya.

“Ini tentu bukan sesuatu yang diharapkan, apalagi disengaja. Ke depan, hal ini menjadi catatan penting agar tidak terulang kembali,” katanya.

Mensesneg juga menekankan agar seluruh korban mendapat penanganan cepat dan maksimal. “Yang terdampak harus segera mendapatkan perawatan medis sebaik-baiknya,” tambahnya.

Kasus Keracunan MBG di Berbagai Daerah

Kasus keracunan massal akibat konsumsi menu MBG kembali mencuat dalam sepekan terakhir. Di Kabupaten Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah, tercatat 251 pelajar dari berbagai sekolah, mulai dari SMA 1 Tinangkung, SMK 1 Tinangkung, SDN Tompudau, SDN Pembina, SDN Saiyong, hingga MTs Alkhairaat Salakan mengalami gejala keracunan usai menyantap menu MBG pada Rabu (17/9/2025).

Di Kabupaten Garut, Jawa Barat, sebanyak 194 siswa tingkat SD, SMP, hingga SMA juga dilaporkan keracunan setelah mengonsumsi makanan MBG. Mayoritas berasal dari Kecamatan Kadungora, dengan 177 siswa mengalami gejala ringan dan 19 lainnya harus menjalani perawatan intensif.

Kasus serupa juga muncul di Maluku, tepatnya di SD Negeri 19 Kota Tual. Belasan pelajar mengalami mual, pusing, dan sakit kepala setelah menyantap menu MBG pada Kamis (18/9/2025), hingga akhirnya harus dirawat di RS Maren, Kota Tual.

Selain itu, sekitar 90 siswa di Kecamatan Empang, Nusa Tenggara Barat, yang berasal dari MTsN dan SMAN setempat juga mengalami dugaan keracunan usai menyantap hidangan MBG.

Upaya Penelusuran Penyebab

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) bersama BGN telah mengambil sampel makanan, salah satunya ikan tuna goreng yang diduga menjadi penyebab kasus di Banggai Kepulauan. Hasil uji laboratorium masih menunggu untuk memastikan penyebab utama.

Prasetyo memastikan, evaluasi menyeluruh akan dilakukan, termasuk memperketat pengawasan penyediaan bahan makanan serta distribusi program MBG di lapangan.

“Kami sudah berkoordinasi dengan BGN dan pemerintah daerah. Tentu ke depan kami berharap kejadian ini tidak lagi terjadi,” tegasnya.(red.al)