Kediri ,  matacandra,online - Rencana beroperasinya kembali Bandara Dhoho Kediri disambut antusias oleh berbagai pihak. Ketua Fraksi Partai Golkar DPRD Kota Kediri, Imam Wihdan Zarkasyi, menilai langkah ini sebagai momentum penting bagi percepatan ekonomi dan pembangunan wilayah selatan Jawa Timur.

“Kita patut bersyukur dan mengucap Alhamdulillah. Beroperasinya kembali Bandara Dhoho menjadi angin segar sekaligus energi baru bagi Kota Kediri untuk tumbuh lebih cepat,” ujar Imam, Minggu (26/10/2025).

Selama bertahun-tahun, kawasan selatan Pulau Jawa dikenal memiliki tingkat konektivitas yang lebih rendah dibandingkan wilayah utara seperti Surabaya atau Gresik. Namun, kehadiran Bandara Dhoho mulai mengubah peta itu. Kini Kediri muncul sebagai simpul baru dalam jaringan udara nasional, sekaligus gerbang ekonomi yang menghubungkan sektor perdagangan, pariwisata, logistik, dan investasi.

Dampak Ekonomi Mulai Terlihat

Data pemerintah daerah menunjukkan bahwa selama hampir satu tahun operasional Bandara Dhoho sebelumnya, perputaran ekonomi di sekitar kawasan Tarokan dan Grogol meningkat hingga 18 persen. Lahan-lahan kosong kini berubah menjadi kawasan bisnis, hunian modern, sentra kuliner, dan gudang logistik.

“Bandara bukan hanya menghadirkan pesawat dan penumpang, tetapi juga membawa harapan baru bagi masyarakat,” tambah Imam.

Potensi Besar di Depan Mata

Imam menilai Bandara Dhoho memiliki peluang besar untuk menarik investasi di berbagai sektor, mulai dari industri ringan, logistik modern, hingga agroindustri — sektor yang menjadi kekuatan utama Kediri Raya. Selain itu, akses udara yang lebih mudah juga mulai menggairahkan sektor pariwisata religi dan budaya, seperti kunjungan ke Makam para auliyaGunung Klotok, serta kawasan wisata di sekitar Sungai Brantas.

Namun, ia juga mengingatkan adanya tantangan yang perlu diantisipasi. Menurutnya, keberadaan bandara harus benar-benar memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal, bukan hanya bagi investor besar.

Tantangan dan Strategi ke Depan

“Tantangan pertama adalah memastikan agar manfaat ekonomi Bandara Dhoho tidak hanya dinikmati kelompok tertentu. Kedua, penguatan kualitas sumber daya manusia harus menjadi prioritas agar warga Kediri dapat ikut terlibat langsung, bukan sekadar menjadi penonton,” jelasnya.

Untuk itu, Imam mendorong pemerintah daerah agar menyiapkan strategi pemberdayaan ekonomi rakyat, seperti pelatihan kewirausahaan, pendidikan vokasi, dan kemitraan antara UMKM dan investor besar. Langkah tersebut dinilai penting agar pertumbuhan ekonomi berjalan inklusif.

Menuju Kota Logistik Modern

Dengan dukungan infrastruktur yang memadai, Bandara Dhoho dinilai mampu mengubah Kediri menjadi kota logistik modern di jalur selatan Jawa. Apabila terhubung dengan jalur arteri utama dan jaringan kereta api regional, efisiensi distribusi barang akan meningkat pesat.

Kediri pun berpotensi menjadi pusat ekspor komoditas unggulan daerah seperti kopi, gula, dan hasil pertanian lainnya.

Lebih dari Sekadar Infrastruktur

Bagi Imam, Bandara Dhoho bukan sekadar proyek fisik, melainkan simbol perubahan arah pembangunan ekonomi.

“Bandara Dhoho adalah energi baru yang mempercepat transformasi ekonomi berbasis konektivitas dan kolaborasi. Tantangan kita adalah memastikan energi ini dirasakan merata — dari kawasan industri hingga pasar rakyat dan usaha kecil yang menopang kehidupan warga,” pungkasnya.(RED.AL)