Jakarta, matacandra,online – Bencana banjir dan longsor yang melanda sejumlah wilayah di Sumatera meninggalkan kerusakan besar. Sejumlah desa porak-poranda, sementara aliran sungai berubah bentuk akibat tumpukan material yang terbawa arus. Dampak paling berat terlihat di Aceh Tamiang dan Sibolga, Sumatera Utara.
Di Aceh Tamiang, Desa Sekumur nyaris hilang dari peta setelah diterjang banjir bandang pada Kamis 27 November 2025. Desa yang sebelumnya dihuni ratusan keluarga kini hanya menyisakan satu bangunan masjid serta tumpukan gelondongan kayu yang memenuhi area permukiman.
Ketinggian air saat banjir diperkirakan mencapai tujuh hingga sepuluh meter, membuat seluruh rumah warga hanyut dalam waktu singkat.
“Semua rumah hilang dibawa arus. Desa Sekumur musnah, yang tersisa hanya masjid,” ujar Hendra, warga Aceh Tamiang.
Menurut Hendra, desa tersebut memiliki 280 rumah. Seluruh warga kini berada di lokasi pengungsian yang lebih tinggi dan sangat membutuhkan bantuan logistik.
Juru Bicara Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang Agusliayana Devita membenarkan laporan desa yang hilang. Ia menyampaikan bahwa satu desa telah dinyatakan musnah akibat banjir bandang.
Sungai Aek Godang Berubah Menjadi Daratan
Di Sibolga, Sumatera Utara, kondisi serupa terjadi namun dengan bentuk kerusakan yang berbeda. Sungai Aek Godang kini tampak seperti daratan akibat pendangkalan parah setelah diterjang longsor pada akhir November.
Material pasir, batu, dan kayu menumpuk di dasar sungai sehingga alirannya menyempit dan debit air surut tajam. Warga bahkan dapat melintasi bagian tengah sungai dengan berjalan kaki.
“Dulu airnya dalam dan deras. Sekarang alirannya dangkal sekali, sudah mirip daratan,” ujar Sonia, warga Sibolga.
Penumpukan material membuat sungai mudah meluap saat hujan, memicu banjir yang menggenangi permukiman dan jalan raya di sejumlah titik. Situasi tersebut membuat sekitar 700 warga mengungsi ke Aula Gereja HKBP Sibolga Julu selama masa darurat.
Sebagian warga kini mulai kembali ke rumah masing-masing setelah hujan mereda, namun ancaman banjir susulan masih menjadi kekhawatiran utama.
“Kami berharap ada normalisasi sungai secepatnya supaya tidak terjadi lagi,” kata Sonia.(red.al)

0 Komentar